Mengikis Kedangkalan Berpikir: Jalan Menuju Keberkahan Hidup Muslim
Di era modern ini, umat Islam menghadapi beragam tantangan yang semakin kompleks. Salah satu yang paling halus namun berdampak luas adalah kedangkalan berpikir dalam memahami agama. Fenomena ini bukan berarti umat tidak peduli pada agama, tetapi sering kali pemahaman yang dimiliki baru sebatas kulitnya saja. Akibatnya, banyak orang Muslim yang tanpa sadar terjerumus dalam praktik yang dilarang, seperti riba dan suap, karena mengira itu hal biasa atau “tidak ada pilihan”.
Kedangkalan Berpikir: Akar dari Fenomena Sosial
Kedangkalan berpikir dalam agama membuat seseorang lebih fokus pada ibadah ritual (yang penting shalat, puasa, zakat) tetapi kurang mendalami ajaran tentang muamalah—padahal muamalah yang halal menentukan keberkahan hidup sehari-hari.
Tanpa wawasan yang mendalam, kita mudah terjebak pada pola pikir praktis: yang penting cepat, yang penting untung, meski melanggar prinsip halal-haram. Inilah yang membuat praktik riba dan suap terasa wajar di masyarakat.
Peran Pemuka Agama dan Masyarakat
Kedangkalan berpikir bukan hanya terjadi pada jamaah, tetapi juga bisa melanda pemuka agama. Tidak sedikit yang lebih nyaman menyampaikan tema-tema aman dan motivasi ringan daripada membahas penyakit sosial umat, karena tema muamalah dianggap “berat” atau “sensitif”.
Padahal justru di sinilah letak tanggung jawab bersama: memperluas wawasan, mendalami hukum-hukum muamalah, dan berani menyampaikannya secara santun agar umat tercerahkan.
Mengatasi Kedangkalan Berpikir: Upaya Bersama
Fenomena ini bukan untuk menyalahkan, melainkan ajakan untuk bangkit dan belajar bersama. Beberapa langkah sederhana yang bisa kita mulai:
- Perdalam ilmu agama secara menyeluruh. Ikut kajian atau membaca literatur tentang fiqh muamalah, bukan hanya ibadah ritual.
- Biasakan berpikir kritis dan komprehensif. Jangan hanya ikut-ikutan, tetapi pahami alasan syariat.
- Dukung tokoh agama yang mendalam ilmunya. Berikan ruang dan apresiasi pada mereka yang berani membahas isu-isu penting umat.
- Bangun komunitas sadar muamalah. Kajian kecil tentang rezeki halal, etika bisnis, dan anti-suap bisa menjadi penggerak perubahan.
Menyalakan Cahaya Perubahan
Kedangkalan berpikir hanyalah kondisi sementara bila kita mau berubah. Islam hadir untuk memuliakan akal, mengajak berpikir mendalam, dan memberi panduan dalam setiap aspek kehidupan. Dengan ilmu yang lebih luas dan niat yang tulus, kita bisa meninggalkan praktik riba dan suap, sekaligus mendorong pemuka agama untuk lebih lantang membahasnya.
Kesimpulan:
Kedangkalan berpikir bukan vonis, melainkan tantangan. Semakin kita membuka wawasan dan mendalami agama, semakin kokoh pula kita menjaga diri dari praktik yang dilarang. Mari jadikan fenomena ini sebagai momentum untuk memperbaiki cara berpikir, memperkuat iman, dan menjemput keberkahan hidup yang diridai Allah.
By: Andik Irawan